study English is not difficult if we want to try...

believe me.. ^_^

Senin, 16 Januari 2012

metopen2


SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

16MEI
 
 
 
 
 
 
Rate This
Peneliti yang menggunakan penelitian kuantitatif akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Istrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Setiap istrumen harus mempunyai skala. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Macam-macam skala pengukuran yaitu
Skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Skala guttman. Skala ini digunakan untuk mendapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”; positif-negatif; pernah-tidak pernah.
Semantic defferensial. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak ada pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya.
Rating scale. Rating scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Istrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Fenomena ini disebut variabel penelitian. Peneliti dalam bidang pendidikan membuat sendiri instrumen termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya.
Cara menyusun instrumen yaitu bertolak dari variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Indikator ini dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumrn, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen “ atau “kisi-kisi instrumen”.
 Contoh judul penelitian dan instrumen yang dikembangkan yaitu:
GAYA DAN SITUASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SERTA PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM KERJA ORGANISASI SEKOLAH.
Instrumennya yaitu:
  1. Instrumen untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan
  2. Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan
  3. Istrumen untuk mengukur variabel iklim kerja organisasi.
Valid merupakan istrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.  Istrumen yang mempunyai validitas internal bila kriteria yang ada dalam instrumen telah mencerminkan apa yang diukur. Instrumen yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Istrumen yang harus mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar. Pengujian validitas digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.
Hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Jadi instrumen yang reliabel dan valid merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown.
Macam instrumen yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen nontest untuk mengukur sikap.
PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
1. Pengujian validitas instrumen
a. Pengujian validitas konstrak. Pengujian ini dapat digunakan pendapat dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai lalu diteruskan uji coba instrumen.
b. Pengujian validitas isi untuk membandingkan isi instrumen  dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
c. Pengujian validitas eksternal
Penelitian mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti.
2. Pengujian reliabilitas instrumen
Pengujian ini dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara kesternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest, equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.

metopen1


Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi 
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. (Sugiyono). Populasi mencakup segala hal, termasuk benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang ada pada objek.

 Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya yang menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber data penelitian. Apabila kita lihat definisi tersebut, pengertian populasi bisa sangat beragam sehingga kita harus mendefinisikan populasi tersebut dengan jelas dan tepat. Pengertian populasi di sana bersifat relatif, pendefinisiannya tergantung dari si Peneliti, apakah dia ingin mengetahui Populasi Contoh : populasi mahasiswa STBAJIA Bekasi, populasi dosen bahasa Inggeris bekasi,dll.Kita harus hati-hati dalam mendefinisikan suatu populasi. Populasi harus didefinisikan dengan jelas dan tepat. Misalnya, kita ingin mengetahui rata-rata nilai IPK mahasiswa S TBAJIA parameter/sifat/ciri yang ingin diketahui adalah rata-rata nilai IPK mahasiswa dan obyek yang ditelitinya adalah Mahasiswa STBAJIA

Jika kita merumuskan populasi seperti ini, rumusannya sudah jelas tapi belum tepat. Jelas maksudnya: (1) parameter yang ingin diteliti sudah jelas, yaitu Nilai IPK mahasiswa STBAJIA dan bukan parameter lain, seperti tinggi, nilai IQ dan sebagainya 2) populasinya hanya mahasiswa STBAJIA nilai IPK mahasiswa dari universitas lain. Belum tepat maksudnya, apabila kita berbicara tentang mahasiswa STBAJIA cakupannya cukup luas. Apakah kita akan mendata nilai IPK semua mahasiswa STBAJIA dari semua angkatan, baik yang masih aktif, non aktif, meninggal, DO, maupun yang sudah lulus?

Dengan demikian, batasan ruang lingkup dari populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas dan tepat, karena semua kesimpulan yang nantinya akan diperoleh dari hasil penarikan contoh (sampel) hanya berlaku untuk populasi yang dimaksud, bukan untuk populasi yang berada diluar batasan ruang lingkup yang diberikan.
Perhatikan pendefinisian populasi berikut:
“Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Bahasa Jepang Angkatan 2009, STBAJIA, yang masih aktif”
Pendefinisian populasi seperti ini sudah jelas batas ruang lingkupnya, sehingga kesimpulan apapun yang diberikan terhadap suatu sampel yang diambil dari populasi tersebut hanya berlaku untuk populasi yang dibatasi oleh Mahasiswa Bahasa Jepang Angkatan 2009, STBAJIA yang masih aktif kuliah dan tidak berlaku untuk mahasiswa lainnya yang berada diluar ruang lingkup tersebut.  Jadi hanya menggambarkan keadaan rata-rata nilai IPK mahasiswa pada ruang lingkup tersebut.
Populasi dapat dibagi berdasarkan keadaan (kompleksitasnya) dan berdasarkan ukurannya. Menurut keadaannya populasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Populasi Homogen, dan Populasi heterogen. Berdasarkan ukurannya, populasi juga dibagi menjadi dua bagian yaitu Populasi terhingga, dan Populasi tak terhingga.

Populasi berdasarkan keadaannya:
Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan di bidang eksakta, misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin mengetahui manis tidaknya secangkir kopi, cukup dengan mencoba setetes cairan kopi tersebut. Setetes cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari secangkir kopi tersebut.

Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan dalam penelitian sosial dan perilaku, yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat unik dan kompleks. Misalnya, apabila kita ingin mengetahui rata-rata IQ mahasiswa STBAJIA angkatan 2009 (berarti rata-rata dari semua Program). Jelas, rata-rata IQ mahasiswa antar Fakultas kemungkinan besar bervariasi, IQ mahasiswa program bahasa Inggeris relatif lebih tinggi dibanding dengan rata-rata IQ mahasiswa program lainnya, sehingga kita bisa mengatakan bahwa populasi tersebut keadaannya heterogen. 

Untuk mengatasi populasi yang heterogen dalam melakukan penelitian, perlu adanya pengelompokan berdasarkan karakteristiknya, sehingga dari populasi yang ada digrupkan dalam beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-kelompok tersebut akan hogomen dalam kelompoknya, tetapi kelompok-kelompok tersebut sangat heterogen diantara kelompkonya. Pada pemisalan sebelumnya, kelompok identik dengan Fakultas.

Populasi berdasarkan ukurannya:
Populasi terhingga: Populasi dikatakan terhingga bilamana anggota populasi dapat diperkirakan atau diketahui secara pasti jumlahnya, dengan kata lain, jelas batas-batasnya secara kuantitatif, misalnya:
  • Tinggi penduduk yang ada di kota tertentu
  • Panjang ikan di sebuah danau
Populasi tak hingga: populasi dikatakan tak hingga bilamana anggota populasinya tidak dapat diperkirakan atau tidak dapat diketahui jumlahnya, dengan kata lain, batas-batasnya tidak dapat ditentukan secara kuantitatif, misalnya:
  • Air di lautan
  • Banyaknya pasir yang ada di Pantai Pangandaran.
  • Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi
  • Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik
Namun demikian, dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai adanya populasiterhinggatak terhingga, dan hal seperti ini dibenarkan secara statistika, misalnya banyaknya orang Indonesia yang merokok, banyaknya penduduk Indonesia sekarang, dan sebagainya. dianggap sebagai populasi

Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada pada populasi, (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu) maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu. Untuk sample yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Bila sample tidak representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat kesimpulan yang salah.

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).

Dalam penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan pengambil sampel sampel harus memperhatikan hal ini :
1. harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas
2. besarnya populasi

Dalam penelitian kuantitatif, populasi dan sampel penelitian sangat diperlukan. Populasi adalah wilayah generasli yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh penbeliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka

Bagi para peneliti pemula, penentuan sampel penelitian adalah hal yang cukup menyita waktu dan pikiran mereka. Sampel, terutama ukuran sampel (sample size) menjadi momok yang menakutkan manakala mereka hendak mempresentasikan laporan hasil penelitian, di hadapan tim penguji. Biasanya tim penguji akan menanyakan bagaimana sampel yang dipilih dapat dipertanggungjawabkan, apakah jumlah sampel yang dipilih mampu merepresentasikan populasi.

Kebingungan para peneliti muda biasanya disebabkan karena mereka belum memahami tentang filosofi sampling secara memadai, dan juga belum fixed-nya tujuan penelitian mereka. Biasanya mereka juga masih bingung tentang siapa atau apa populasi penelitian mereka ? Misalnya ketika akan meneliti tentang masalah kemiskinan, mereka masih ada yang berpikir bahwa populasi penelitian mereka adalah seluruh warga di wilayah yang akan mereka kaji. Mereka juga lupa tentang level of analysis, maka lengkaplah sudah kebingungan mereka.

Peneliti pemula juga biasanya belum memahami apa perbedaan mendasar dari filosofi nonprobability sampling dengan probability sampling. Apa tujuan penelitian dan bagaimana syarat dan karakter kedua tipe sampling itu masih belum dipahami, sehingga misalnya mereka menggunakan purposive sampling lalu hasilnya mereka menetapkan suatu generalisasi terhadap bidang kaji penelitiannya. Mereka juga biasanya bingung, ketika akan menentukan berapa jumlah sampel pada saat menggunakan purposive sampling, disini terlihat jelas bahwa pemahaman mereka tentang teknik sampling belum lengkap.

Dalam penelitian kuantitatif, populasi dan sampel penelitian sangat diperlukan. Populasi adalah wilayah generasli yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh penbeliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil, dan begitu juga sebaliknya.

Dalam menetapkan besar kecilnya sampel, tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan pengambilan sampel harus memperhatikan dua hal, yaitu (1) harus diseleidiki kategori-kategori heterogenitas dan (2) besarnya populasi.

Langkah-langkah dalam penarikan sampel adalah penetapan ciri-ciri populasi yang menjadi sasaran dan akan diwakili oleh sampel di dalam penyelidikan. Penarikan sampel dari penelitian tidak lain memiliki tujuan untuk memperoleh informasi mengenai populasi tersebut. Oleh karena itu, penarikan sampel sangat diperlukan dalm penelitian.

Terdapat beberapa jenis desain sampling dalam penelitian. Jenis pertama desain sampling adalah probality sampling. Jenis sampling ini ada beberapa, yaitu (1) acak sederhana (sampling random sampling), yaitu acak jenis ini adalah acak yang paling dikenal oleh banyak orang dalam pencarian sampel, (2)rancangan acak berstrata (stratified random sampling) yaitu apabila populasi terdiri dari sejumlah sub-kelompok atau lapisan yang mungjin memiliki ciri yang berbeda acapkali diperlukan suatu bentuk penarikan sampel yang disebut penarikan berlapis, (3) rancangan klaster (claster sampling), yaitu mendaftar semua anggota populasi sasaran dan kemudian memilih sampel diantaranya, dan (4) rancangan sistematis (systematic sampling), yaitu penarikan sampel dengan cara mengambil setiap kasus yang kesekian dari daftar populasi.

Dalam statistik inferensial, kita ingin mengetahui gambaran karakteristik tertentu dari suatu populasi, namun terkadang hal tersebut terkadang tidak mungkin dan tidak praktis untuk mengamati seluruh obyek/individu yang menyusun suatu populasi. Pedagang eceran beras hanya meneliti segenggam beras untuk menentukan kualitas sekarang beras. Pedagang emas hanya meneliti bekas gosokan dari perhiasan tersebut untuk menentukan kualitas emas perhiasan tersebut. Peneliti lingkungan hanya meneliti beberapa milliliter air untuk menentukan kualitas air pada suatu sungai atau danau. Pertanyaannya, mengapa tidak meneliti secara keseluruhan, bukankah hasilnya akan lebih baik dan lebih tepat?

Mengingat seorang peneliti dalam melakukan penelitian penuh dengan keterbatasan baik dari segi biaya, waktu, dan lain sebagainya maka penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi atau data yang diinginkan sesuai dengan permasalah yang diteliti ditempuh dengan mengambil sebagian dari populasi, dengan mempertimbangkan ketebatasan yang ada dari peneliti. Bagian dari populasi tersebut sebagai tempat untuk mengumpulkan informasi dinamakan contoh (sampel).

Dengan demikian, sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi.

Dari definisi tersebut jelas bahwa sampel yang kita ambil digunakan untuk menggambarkan karakteristik suatu populasi, atau dengan kata lain, sampel digunakan untuk menggeneralisasi suatu populasi.  Dengan demikian, sampel harus betul-betul bersifat representatif sehingga dapat mewakili dan mencerminkan karakteristik populasi dari mana sampel itu diambil.
Gambaran Sampel Representatif
Seorang peneliti, jarang mengamati keseluruhan populasi karena dua alasan:
  • Biaya terlalu tinggi dan
  • Populasi bersifat dinamis, yaitu unsur-unsur populasi bisa berubah dari waktu ke waktu.
Ada tiga keuntungan utama pengambilan sampel:
  • Biaya lebih rendah,
  • Pengumpulan data lebih cepat, dan
  • Hal ini mungkin untuk memastikan keseragaman dan untuk meningkatkan akurasi dan kualitas data karena kumpulan data lebih kecil .

Jenis-Jenis sampel

Dalam proses pemilihan sampel ada dua faktor penentu yang berperan yaitu:
  • Ada atau tidak adanya faktor pengacakan, dan
  • Peran orang yang memilih (mengambil) sampel tersebut.
Pada proses pengambilan sampel dengan menggunakan faktor pengacakan didalamnya termasuk unsur-unsur peluang, sedangkan peran dari orang pemilih sampel dapat bersifat obyektif dan dapat pula bersifat subyektif.
Yang dimaksud dengan sikap obyektif dalam memilih sampel adalah suatu cara pemilihan sampel yang menggunakan metode tertentu yang jelas, sehingga penarikan sampel tersebut bila dilakukan oleh orang lain akan diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dari penarikan sampel sebelumnya, dalam menduga sifat atau ciri populasinya. Jadi dengan pengambilan sampel dengan menggunakan metode tertentu dan jelas, akan diperoleh sampel yang konsisten, artinya bila pengambilan sampel dilakukan secar berulang-ulang terhadap populasi yang sama hasilnya tetap terkendali dalam arti tetap menggambarkan sifat atau ciri dari populasinya, walaupun hasilnya tidak persis sama antara yang satu dengan yang lainnya.

Sifat subyektif dalam memilih sampel adalah suatu pemilihan sampel dengan melibatkan pertimbangan pribadi dari pengambil sampel untuk mengambil sampel yang baik menurut versinya sendiri (versi peneliti). Dengan demikian sampel yang diperoleh merupakan sampel yang berbias, apalagi orang yang memilih cotnoh sampel mempunyai latar belakang yang kurang terhadap konsep statistika khususnya konsep tentang teori penarikan sampel.

Jumat, 09 Desember 2011

Naskah Drama buat UTS

ENGLISH DRAMA
TITLE : THE CANDIDATE
SCRIPT  by : Mr. Har (www.haarrr.wordpress.com) and was edited by Group.
PLAYERS : 7 Persons
Player 1 : The Candidate for the House of People’s Representatives
Player 2 : A Farmer
Player 3 : A Fisherman
Player 4 : A Laborer
Player 5 : A Non-Government Teacher / NGT
Player 6 : A wife of candidate.
Player 7 : A Daughter of Candidate (Player 4) 

PART 1
Setting        : In the morning, Mr. Candidate, Wife and Daughter are talking.
Daughter    : Daddy, if you success to be chosen become a legislator, I want a new car, I am bored with my old motorcycle.
Wife           : Daughter, don’t overdo. You can still use your motorcycle.
Daughter    : I feel ashamed with my friends. I am a daughter of Legislator man, mom. When the rain comes, I am wet, and when summer, I am hot.
Candidate  : Be calm, please! I will give you everything you want.
Wife           : Honey, don’t too coddle her.
Daughter    : Come on mom.
Candidate  : Never mind, honey.
Daughter    : Oh my beloved father. Money please!
(Father gives the daughter money)
Wife           : Honey, you always like that. Bella, go to college hurry up! You will be late.
(Daughter goes)
Wife           : Are you ready, honey?
Candidate  : Of course, always.
Wife           : But you look nervous.
Candidate  : Impossible for me.
Wife           : Ok, I believe in you.

PART 2
SETTING : A farmer and fisherman are talking about their condition. They complain to each other. They feel that it is very difficult to get money for their living.
Farmer        : It seems to me that this life is very hard, very difficult. My rice needs fertilizer but I don’t have any money to buy it. Uh, I’m very confused…
Fisherman   : Yeah, so am I. You know, I cannot go to the sea. I cannot sail to look for fishes. No money to buy fuel, no money to repair my boat and fishing equipments.
Farmer        : So, what are we going to do?
Fisherman   : I don’t know…
(The Non Government Teacher is coming)
NGT           : Hi, anybody wants to join with me?
Farmer        : Where?
NGT           : There is a campaign for the legislator election today. Who knows, we can get money from the candidate (smiling).
Farmer        : How about you, are you interested?
Fisherman   : Emm, okay. You’re right. Who knows we can get money…
NGT           : All right. Let’s go…!
(They are going to the campaign place)

PART 3
SETTING : In the campaign, the candidate is speaking in front of people. He is trying to influence the people to choose him as the member of the House of People’s Representatives. He promises to make this country better than before.
Candidate : In the name of God, I ask you all… Choose me to be the legislator of the House of People’s Representatives. Choose me if you want to make this country better than before. Let me tell you, if I become the legislator… I will dedicate my life for this country. There are no more corruption, collusion, and nepotism!! So, don’t forget… choose me by giving checklist mark, or ‘contreng’ on the candidate no 1, party no 50: ‘Partai Sembako’…!!!2
Farmer        : Really? You know, I often hear what you’ve said. Many candidates say it. Many candidates give promise like you. But, what they’ve said is… nonsense! Bullshit!!
Fisherman   : Yes. After you have become the member of the House of People’s Representatives… you will forget us. You will only think about yourself!
Candidate : Oh, no… I’m different with them. I will not only give you promise, but I will also give you evidence. Yeah, I will prove it. I will make my promise come true.
Laborer       : Wait! As a laborer, I also want to improve my life. But, what for do we choose you, if you cannot make our life better than before?
NGT           : Yes, right. How do we know that you will able to develop and make this country better? As a non-government teacher, I would like to ask you: What is your planning to improve our life?
Candidate : Ok, all right. Let me explain my programs. First, I will emphasize on the improvement of our economy. To the farmers and fishermen, I will give funds and easy-credits… so they can buy fertilizers and sailing equipments easily. To the laborers and government civil servants (PNS), I will increase their salary… so they can improve their life. My second program is fighting against corruption, collusion and nepotism! So there are no more corruption, collusion, and nepotism…!
(The farmer, fisherman, laborer and NGT then keep nodding. It seems that they agree with the candidate)
Laborer       : I’m sorry. Excuse me. But, how do we know that you will keep your promise? How do we know that you will make it come true?
Candidate : I see. Don’t worry about it. I said that I would make your life better. And now… I’m going to prove it. Listen! Yeah, now, now… I give you money!! Here you         are…
(The candidate gives some money to the farmer, fisherman, laborer and NGT)
Candidate : Okay? Do you believe me now? So, don’t forget to choose me… give checklist mark, give ‘contreng’ at the candidate no 1, party no 50: ‘Partai Sembako’…!!
(The farmer, fisherman, laborer and NGT then say and yell together: “Yes, yesss…”!!)
(The campaign is finished. The famer, fisherman, laborer and NGT are going away. The candidate is sitting alone, smiling to himself)
Candidate : (saying/mumbling to him) yeah, they’re actually right. After I have become a legislator, I will forget all my promises. I only think of myself. I only think how to get power and… to get my money back! That’s my purpose. That’s politics! Huahaha…!!
(the wife is coming)
Wife           : Why do you smile by yourself?
Candidate  : What an appointed day!
Wife           : You shouldn’t do that. How if there will something happen?
Candidate  : don’t worry honey!
Wife           : I just don’t want anything happen to you, me and our daughter.

PART 4
SETTING : One year later. The farmer and the fisherman feel that there is no change to their life. It is still very difficult to improve their condition.
Farmer        : I hate being a farmer like this!
Fisherman   : (laughing) Yeah, I often think like that. I am also bored to be a fisherman. There is no change to our condition. We still lack of money.
Farmer        : Wait. Do you remember our legislator?
Fisherman   : You mean… the candidate on the election last year?
Farmer        : Yes. Let’s go to find him. He promised that he would help us
Fisherman   : Wait a minute. How if he breaks his promise? How if he doesn’t want to help us?
Farmer        :  Don’t say like that. Let’s try!
Fisherman   : But, what will we do if we fail, and he doesn’t want to keep his promise?
Farmer        : Mm… I don’t know. We think it later.
Fisherman   : (nodding)  All right. I’m with you
Farmer        : Now, let’s find him!

PART 5
SETTING : The farmer and fisherman go to Mr. Candidate’s house. They are debating with the legislator (candidate).
Farmer        : (Knocking the door) Excuse me, is there Mr. Brown?
Wife           : What do you want?
Farmer        : Better talk directly with the Mr. Brown.
Wife           : Hold a minute. (Wife is entering the house)
                    My Husband, there are guests.
(Legislator comes to meet them)
Legislator   : I understand your condition. I know that you chose me on the election last year. But, it doesn’t mean that I should give you money directly…
Farmer        :  Why not? You said it in your campaign.
Legislator   : If you want to improve your life, you must work… You must work hard!
Fisherman   : Listen, we don’t need advice anymore. What we need is your help, your real action to give us fund…
Farmer        : Yes, I need fertilizers.
Fisherman   : I need fuel and fishing equipments.
Legislator   : Oh, no. That’s enough. Listen to me, you must try by yourselves. If you want to get fertilizers, fuel and fishing equipments… you must pay with your own money. Once again, try to improve by yourselves!
Farmer        : It means that… you break your promise!
Legislator   : Come on… I don’t want to talk about it anymore. It’s over. Sorry, I have a meeting today. See you later…
Fisherman   : Wait, wait! You… liar! I hate you!!
(The legislator keeps going away)
Wife           : Why noisy here? What’s wrong?
Legislator   : Nothing, just unimportant people.
Wife           : Don’t be like that my husband, you are a legislator, you must serve the people well.

(The laborer and NGT are coming)
NGT           : What’s going on?
Farmer        : Our legislator has broken his promise. He doesn’t keep his words.
Fisherman   : His promise is nonsense! Bullshit!!
Laborer       : So, what are we going to do?
Farmer        : Mm, I don’t know.
NGT           : How if we burn his house?
Laborer       : How if we kidnapped his wife?
NGT           : But his wife doesn’t have mistake in this case.
Fisherman   : You know, I hate him! Liar! I want to kick him…
NGT           : No, no… It’s not a good way. Let me tell you… You had better report the legislator to the police. I will help you to make the report.
Laborer       : That’s a good idea. But, we need a reason that he has broken his the law.
NGT           : I can handle it. Do you remember what he did in the campaign last year? He gave us money. You know, it’s a kind of ‘money politics. That’s the point.
Farmer        : I see…
Fisherman   : Okay. I really hate him. He is a liar. I want to throw him into the jail!
Laborer       : (Smiling) so, let’s go to the police…
(All of them are leaving, going to the police office)

Because of Legislator’s dishonesty, Mr. Brown is arrested and entered to jail by people. The community is appointed because Mr. Brown has got the proportionate punishment.

The End

Kamis, 06 Oktober 2011

metafunction web 2


Metafunctions
Halliday developed a theory of the fundamental functions of language, in which he analysed lexicogrammar into three broad metafunctions: ideational, interpersonal and textual. Each of the three metafunctions is about a different aspect of the world, and is concerned with a different mode of meaning of clauses. The ideational metafunction is about the natural world in the broadest sense, including our own consciousness, and is concerned with clauses as representations. The interpersonal metafunction is about the social world, especially the relationship between speaker and hearer, and is concerned with clauses as exchanges. The textual metafunction is about the verbal world, especially the flow of information in a text, and is concerned with clauses as messages. Malinowski's influence (see Figure 1.1) seems clear here: the ideational metafunction relates to the context of culture, the interpersonal metafunction relates to the context of situation, and the textual metafunction relates to the verbal context.
In each metafunction an analysis of a clause gives a different kind of structure composed from a different set of elements. In the ideational metafunction, a clause is analysed into Process, Participants and Circumstances, with different participant types for different process types (as in Case Grammar). In the interpersonal metafunction, a clause is analysed into Mood and Residue, with the mood element further analysed into Subject and Finite. In the textual metafunction, a clause is analysed into Theme and Rheme (as in the Prague School).
\begin{figure}\renewedcommand{baselinestretch}{1}\small\normalsize\begin{center}...
...ess} & Manner &
ideational \\
\cline{1-6}
\end{tabular}\end{center}\end{figure}
Figure 1.7: Metafunctional layering
Figure 1.7, taken from [Matthiessen & Bateman 1991], shows an analysis of the sentence ``In this job, Anne, we're working with silver'' into three different structures in the three metafunctions. This kind of diagram is called a ``metafunctional layering'' diagram in SFG, but the metafunctions do not have any kind of relative ``depth'', rather they are different dimensions.
The metafunctional theory is part of the ``functional'' side of SFG, but it is also important in the ``systemic'' side of SFG. Each metafunction has a principal system in the networks for clauses, verbal groups and nominal groups. For example the TRANSITIVITY system is the principal system for the ideational metafunction in the clause network. These principal systems are shown in Figure 1.8, taken from [Matthiessen & Bateman 1991].
\begin{figure}\renewedcommand{baselinestretch}{1}\small\normalsize\begin{center}...
... MODIFICATION & PERSON & DETERMINATION \\
\end{tabular}\end{center}\end{figure}
Figure 1.8: Principal systems
An important theoretical point is that in general, in the system networks, the systems within each metafunction are closely interconnected, but are largely independent of systems in the other metafunctions. System interconnections across metafunctions are rare. This is illustrated in Figure 1.9, taken from [Matthiessen & Halliday to appear].
\begin{figure}\renewedcommand{baselinestretch}{1}\small\normalsize\setlength{\un...
...,76){\line(1,0){25}}
\put(135,136){\line(1,0){25}}
\par\end{picture}\end{figure}
Figure 1.9: Independence of metafunctions
In this network fragment, there are normal dependency relationships within the MOOD region of the interpersonal metafunction, between the MOOD-TYPE and INDICATIVE-TYPE systems and between the INDICATIVE-TYPE and INTERROGATIVE-TYPE systems, and there is also a further interconnection: the TAGGING system can be entered either from the imperative feature of the MOOD-TYPE system or from the declarative feature of the INDICATIVE-TYPE system. But there are no interconnections at all between the MOOD region of the interpersonal metafunction and the TRANSITIVITY region of the ideational metafunction.

metafunction web


Metafunctions
From early on in his account of language, Halliday has argued that it is inherently functional. His early papers on the grammar of English make reference to the "functional components" of language, as "generalized uses of language, which, since they seem to determine the nature of the language system, require to be incorporated into our account of that system." [11] Halliday argues that this functional organization of language "determines the form taken by grammatical structure" [12]
Halliday refers to his functions of language as metafunctions. He proposes three general functions: the ideational, the interpersonal and the textual.
Ideational metafunction
The ideational metafunction is the function for construing human experience. It is the means by which we make sense of "reality"[13]. Halliday divides the ideational function into two functions: the logical and the experiential metafunctions. The logical metafunction refers to the grammatical resources for building up grammatical units into complexes, for instance, for combining two or more clauses into a clause complex. The experiential function refers to the grammatical resources involved in construing the flux of experience through the unit of the clause.
The ideational metafunction reflects the contextual value of "field", that is, the nature of the social process in which the language is implicated[14]. An analysis of a text from the perspective of the ideational function involves inquiring into the choices in the grammatical system of "transitivity": that is, process types, participant types, circumstance types, combined with an analysis of the resources through which clauses are combined together. Halliday's An Introduction to Functional Grammar (in the third edition, with revisions by Christian Matthiessen)[15] sets out the description of these grammatical systems.
Interpersonal metafunction
The interpersonal metafunction relates to a text's aspects of tenor or interactivity.[16] Like field, tenor comprises three component areas: the speaker/writer persona, social distance, and relative social status.[17] Social distance and relative social status are applicable only to spoken texts.[18] Note - this is not so, looking at the text of O´Halloran we are told that we no longer have the option to contrast the various speakers but we can examine "how the individual authors present themselves to the reader", therefore, we are able to look at social distance and relative social status in texts where there is only one author.
The speaker/writer persona concerns the stance, personalisation and standing of the speaker or writer. This involves looking at whether the writer or speaker has a neutral attitude, which can be seen through the use of positive or negative language. Social distance means how close the speakers are, e.g. how the use of nicknames shows the degree to which they are intimate. Relative social status asks whether they are equal in terms of power and knowledge on a subject, for example, the relationship between a mother and child would be considered unequal. Focuses here are on speech acts (e.g. whether one person tends to ask questions and the other speaker tends to answer), who chooses the topic, turn management, and how capable both speakers are of evaluating the subject.[19]
Textual metafunction
The textual metafunction relates to mode; the internal organisation and communicative nature of a text.[20] This comprises textual interactivity, spontaneity and communicative distance.[21]
Textual interactivity is examined with reference to disfluencies such as hesitators, pauses and repetitions.
Spontaneity is determined through a focus on lexical density, grammatical complexity, coordination (how clauses are linked together) and the use of nominal groups. The study of communicative distance involves looking at a text’s cohesion—that is, how it hangs together, as well as any abstract language it uses.
Cohesion is analysed in the context of both lexical and grammatical as well as intonational aspects[22] with reference to lexical chains[23] and, in the speech register, tonality, tonicity, and tone.[24] The lexical aspect focuses on sense relations and lexical repetitions, while the grammatical aspect looks at repetition of meaning shown through reference, substitution and ellipsis, as well as the role of linking adverbials.
Systemic functional grammar deals with all of these areas of meaning equally within the grammatical system itself.

Sabtu, 18 Juni 2011

lp3i

1. Short History Course LP3I Center (LCC)
LP3I Course Center is a division Short Courses (Short Course) from the Institute for Education and Professional Development Indonesia (LP3I) which was founded in 1989 by the Foundation for Education and Professional Development Institute of Indonesia (Yayasan LP3I), then follow the development of educational efforts and conditions legislation in force in the Republic of Indonesia.
Seeing the development of the company and market needs such a rapid and complex then separates division LP3I Short Courses (Short Course) becomes LP3I Courses on December 28, 2006, with the form or status of a Limited Liability Company PT. Lantern Education and Professional Development Indonesia ("PT. LP3I") established pursuant to Deed of Company Limited No. 5 On 5 November 2005.
To meet the needs of the community will be short of quality education and produce graduates who are skilled and reliable, then LP3I Courses Center have developed a short training and education programs are more targeted and tutoring programs.
In the Kuningan itself, LP3i been in existence for 4 years which is located at jl. Veteran no 53 Kuningan 45511. Until now, the movement of the number of students has reached approximately 265 participants divided into several teaching programs.