I. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN
A. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi. Secara harfiah atau etimologis, psikologi berasal dari kata "psyche" yang berarti jiwa dan "logos" yang berarti ilmu. Psikologi mengandung makna yaitu ilmu jiwa yang berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa manusia melalui gejala-gejalanya, aktivitas-aktivitasnya atau perilaku manusia. Kajian tentang kejiwaan manusia telah; dilakukan sejak lama akan tetapi masih dalam lingkungan kajian filsafat dan psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri dimulai sejak W. Wund membuka laboratorium psikologi yang pertama pada pada tahun 1897 di Leipziq (Dirgagunarsa, 1978:12).
Makna tentang psikologi khususnya tentang objek materialnya, berkembang seirama dengan perkembungan psikologi itn sendiri. Diakui bahwa yang memiliki objek material dari psikologi ialah perilaku manusia, yaitu mulai dari perilaku yang nampak keluar (overt behavior) yang bersifat objektif dan dapat diamali sampai kepada perilaku yang tidak nampak (covert behavior). terjadinya perbedaan pendapat diantara ahli psikologi tentang psikologi disebabkan karena adanya berbagai variasi aliran di dalam psikologi.
Seiring dengan perkembangan llmu Iengetahuan dan Teknologi dan zaman, psikologi sebagai suatu disiplin ilmu juga mengalami perkembangan yang pesat dan meliputi berhagai cabang ilmu yang dapat digolong-golongkan dengan berbagai cara. Abimanyu dan La Sulo (1990-.14) mengemukakan bahwa dilihat dari segi objeknya, psikologi sebagai suatu disiplin ilmu dibedakan atas psikologi umum dan psikologi khusus. Psikologi umum ialah ilmu jiwa yang mempelajari gejala jiwa manusia, aktivitas atau perilaku yang umum pada setiap manusia yang dapat diamati sedangkan psikologi khusus ialah ilmu jiwa yang mempelajari atau mengkaji jiwa untuk sekelompok manusia. tertentu misalnya dari segi perbedaan usia, maka dikelompokkan psikologi khusus menjadi beberapa bagian, yaitu ada psikologi anak, psikologi remaja, dan psikologi perkembangan, dan sebagainya). Dari segi keadaan atau latar belakang kehidupan manusia, maka psikologi khusus dikelompokkan menjadi psikologi sosial, psikologi industri, psikologi pendidikan, dan sebagainya. Dilihat dari segi aspek kejiwaan tertentu yang dikaji, maka psikologi khusus dikelompokkan menjadi psikologi belajar, psikologi kepribadian, psikologi abnormal, dan sebagainya).
Psikologi dapat pula dibedakan berdasarkan tujuannya, yaitu (1) psikologi teoritis yang memiliki tujuan utama yaitu memahami secara ilmiah murni untuk menyusun suatu teori, seperti psikologi kepribadian atau teori kepribadian, psikologi belajar dengan berbagai teori belajar dan (2) psikologi praktis yang dikembangkan karena kebutuhan tertentu seperti psikologi medis, psikologi kriminil, psikologi pendidikan, dan sebagainya. Jika dilihat pembagian psikologi berdasarkan tujuannya tersebut, maka psikologi pendidikan sebagai bagian integral dari psikologi secara makro masuk ke dalam kelompok psikologi khusus dan psikologi praktis serta juga masuk ke dalam kelompok psikologi teoritis apabila penekanan pada penyusunan suatu konsep atau teori (Abimanyu dan La Sulo, 1990:15).
Psikologi pendidikan sebagai bagian integral dari disiplin ilmu psikologi berupaya menggunakan konsep atau prinsip-prinsip psikologis dalam memecahkan masalah-¬masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan. Kajian psikologi pendidikan lebih berfokus kepada kajian psikologis dalam memahami gejala-gejala psikologis peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran di kelas. Witherington (Buchori, 1988) mengemukakan bahwa psikologi pendidikan adalah suatu studi yang sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Sedangkan menurut The American People of Encyclopedia bahwa psikologi pendidikan ialah cabang dari psikologi yang berusaha untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologis dalam memecahkan persoalan pendidikan.
Dalam perkembangan lebih lanjut, psikologi pendidikan meluas menjadi berbagai kajian dalam mengkajitentang masalah-masalah yang dialami peserta didik dalam proses pendidikan dan pembela,jaran di kelas. Berbagai kajian tersebut misalnya kajian tentang psikologi belajar, psikologi mengajar, psikologi bimbingan dan penyuluhan, dan sebagainya. Kesemua bidang kajian dari psikologi pendidikan tersebut semuanya bermuara kepada usaha penciptaan proses belajar mengajar yang efisien dan efektif dalam proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologis dalam mengetahui dan memahami gejala aktivitas jiwa dan perilaku peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas.
B. Ruang Lingkup Kajian Psikologi Pendidikan
Pada uraian tentang pengertian psikologi pendidika telah tersirat pembahasan tentang ruang lingkup atau lapangan psikologi pendidikan, namun untuk mengkaji secara spesifik dan secara rinci tentang ruang lingku kajian psikologi pendidikan, maka perlu dilakuka pembahasan secara tersendiri dalam suatu topik khusus Soerjabrata (1974:6-13) mengemukakan ruang lingkup bidang kajian psikologi pendidikan dilihat dari segi situas dan proses pendidikan dengan anak didik sebagai pusatnya yaitu kajian psikologi tentang siswa dalam situasi pendidikan dalam peninjauan statis dan dinamis serta kajia hal-hal lain yang erat kaitannya dengan situasi dan prose pendidikan di kelas
Dalam peninjauan secara statis, kajian psikolog tentang siswa dalam situasi pendidikan mencakup kajia tentang gejala-gejala jiwa atau aktivitas dan tingkah laku yang umum yang terdapat pada manusia umumnya, yaitu perhatian, pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, berfikir sikap, minat, motivasi, inteligensi, dan sebagainya dan kajian tentang perbedaan-perbedaan individual antar individu-siswa yang mencakup perbedaan dari segi kepribadian, inteligensi, bakat, minat, dan sebagainya. "Sedangkan dalam peninjauan secara dinamis, yaitu mencakup kajian psikologi tentang individu siswa dalam proses pendidikan, yakni perubahan tingkah laku dan cara¬ cara penilaiannya di dalam pendidikan yang mencakup: (1) perubahan perilaku karena pertumbuhan dan perkembangan; atau karena peserta didik mengalami proses pematangan dan pendewasaan, (2) perubahan perilaku karena belajar yang merupakan faktor terpenting dalam proses pendidikan dan pembelajaran, (3) cara-cara mengukur atau mengevaluasi pencapaian karena perubahan-perubahan tersebut, khususnya karena belajar (La Sulo, 1990:16).
Selain itu, ruang lingkup kajian psikologi pendidikan juga mencakup kajian-kajian tentang hal-hal lain yang erat kaitannya dengan situasi dan proses pendidikan, yaitu kajian p aentang bimbingan dan konseling, kajian psikologis terhadap individu yang mengalami penyimpangan psikis (jiwa), sosial, dan fisik, kajian tentang implikasi dari prinsip pendidikan 3 seumur hidup yang menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada sistem persekolahan tetapi pendidikan dapat dilakukan di luar sistem persekolahan, misalnya pendidikan untuk orang dewasa, dan kajian psikologis tentang bahan pengajaran yang seharusnya dipilih dan diorganisasikan sedemikian rupa agar dapat diserap oleh peserta didik. Interaksi psikologis dalam proses belajar mengajar antara peserta didik dengan guru sebagai pendidik dan pengajar di kelas, juga menjadi objek kajian dari psikologi pendidikan. Dengan kata lain, ruang lingkup ajian dari psikologi pendidikan ialah mencakup semua penerapan prinsip-prinsip psikologis dalam proses pendidikan dan pembelajaran peserta didik di kelas di berbagai institusi pendidikan, baik di lembaga pendidikan formal (di lingkungan sekolah), non formal (di lingkungan masyarakat), dan informal (di lingkungan keluarga).
Dalam membahas tentang ruang lingkup dari psikologi pendidikan, juga dibahas tentang pusat perhatian dari psikologi pendidikan sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian integral dari psikologi umum. Suardiman (1988:6) mengemukakan bahwa ada tiga elemen yang menjadi pusat perhatian dalam pendidikan yang juga menjadi pusat perhatian oleh para ahli psikologi pendidikan dan para guru, yaitu anak didik, proses belajar, dan sekilas" belajar. Ketiga elemen ini saling berkaitan selalu sama lain.
Peserta didik merupakan elemen yang terpentin diantara elemen yang lain (termasuk elemen situasi belaja dan elemen proses belajar). Ini bukan berarti bahwa faktor manusia (peserta didik) lebih penting dari faktor prose belajar dan situasi belajar, tetapi yang jelas tanpa hadirny faktor peserta didik tidak mungkin akan terjadi peristiwa belajar atau interaksi belajar mengajar dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal. Tanpa kehadiran peserta didik di kelas di suatu lembaga pendidikan tidak mungkin akan ada proses pembelajaran karena peserta didik merupakan objek dari proses pendidikan dan pembelajaran di kelas. Peserta didik diibaratkan seperti pembeli dalam suatu proses penjualan pasar yang akan membeli (menerima) ilmu pengetahua dari guru sebagai transformator pengetahuan (penjual kepada peserta didik yang berperan sebagai manusia yan belum dewasa untuk didewasakan.
Proses pembelajaran sebagai elemen yang menjadi pusat perhatian dari psikologi pendidikan, merupakan elemen penentu keberhasilan proses pendidikan. Tanpa ada interaksi yang timbal balik antara guru sebagai pendidik, dan pengajar dengan peserta didik sebagai objek yang dididik dan diajar tidak mungkin akan terjadi proses ; pembelajaran di kelas atau di tempat belajar tertentu. Melalui proses pembelajaran yang interaktif antara guru dan peserta didik akan terjadi perubahan perilaku kepada peserta didik yang ditandai dengan gejala peserta didik menjadi tahu terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya dari tidak tahu pada waktu sebelum mempelajari materi pelajaran tertentu.
Gejala lain dari terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik, yaitu peserta didik memperoleh keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam berbicara, berdiskusi, bergaul dan berteman, dan keterampilan lain yang membutuhkan aktivitas sensorik dan motorik dan perubahan dari aspek sikap (afektif), yaitu dari bersikap kurang baik atau kurang positif terhadap guru, orangtua, masyarakat, dan pihak terkait lainnya menjadi bersikap positif terhadap pihak-pihak tersebut sebagai buah atau hasil dari proses pendidikan yang berkualitas. Perubahan dari segi perilaku yang lain berupa perilaku peserta didik dari tidak disiplin dalam hidup menjadi disiplin (termasuk disiplin dalam melakukan aktivitas belajar), dari penampilan dalam berpakaian tidak rapi menjadi rapi dan bersih, dari beperilaku kurang santun menjadi sopan dan santun, dan berbagai aspek pengetahuan (kognitif), afektif (sikap), dan keterampilan (psikomotorik) sebagai buah dari hasil proses pendidikan dan pembelajaran di setting (tempat) belajar.
Slameto (1988:68) menyatakan bahwa agar proses pembelajaran di kelas dapat maksimal dan optimal, maka hubungan antara guru dengan peserta didik dan hubungan peserta didik dengan sesama peserta didik yang lain harus timbal balik dan komunikatif satu sama lainnya. Proses pembelajaran hanya dapat terjadi jika antara guru dengan siswa terjadi komunikasi dan interaksi timbal balik yang edukatif. Jadi proses pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh hubungan yang ada dalam proses pembelajaran itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasi siswa dengan gurunya.
Hubungan guru dengan siswa sebagai peserta didik yang tercipta dengan baik, maka siswa akan senang kepada gurunya dan juga akan menyukai materi pelajaran yang diajarkan oleh gurunya sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Sebaliknya, jika hubung guru dengan siswa kurang komunikatif dan harmonis, siswa akan membenci atau tidak senang kepada gurun dan menyebabkan siswa tidak senang menerima pelajar dari guru tersebut, akibatnya siswa tidak sukses bela dalam mata pelajaran tersebut.
Guru yang kurang komunikatif dan edukatif dalam berinteraksi dengan siswanya, akan menyebabkan proses pembelajaran di kelas berjalan tidak optimal dan maksim Selain itu, siswa akan menjauhkan diri dari guru sehing siswa tersebut tidak dapat aktif dalam mengikuti pro; belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, para calon guru dan para guru yang telah mengajar harus menguasai pengetahuan tentang didaktik dan metodik pembelajara, misalnya menguasai dan menerapkan pengetahuan tentang dinamika kegiatan dalam strategi belajar mengajar, interal dan motivasi belajar mengajar, dan berbagai pendekat, dalam proses belajar mengajar.
Situasi belajar juga merupakan elemen penting yang berkontribusi positif terhadap terciptanya proses pembelajaran. Situasi belajar menunjuk kepada lingkung dimana proses belajar itu terjadi. ruang kelas, ruang perpustakaan, dan ruang laboratorium merupakan lingkung belajar yang sangat mempengaruhi situasi belajar di tempat belajar tersebut. Kondisi lingkungan di ruang kelas, di ruang perpustakaan, dan di ruang laboratorium sangat mempengaruhi kesuksesan belajar bagi peserta didik dan kesuksesan mengajar bagi guru. Ruang kelas, perpustakaan, dan ruang laboratorium yang memiliki fasilitas belajar yang memadai, kondisinya tenang, sirkulasi udara yang lancar, dan cukup luas untuk menampung jumlah siswa yang ideal, la merupakan situasi belajar menyenangkan yang dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar peserta dalam belajar dan minat dan motivasi mengajar bagi guru.
Situasi belajar menunjuk kepada suatu faktor atau kondisi yang mempengaruhi siswa atau proses belajar. Guru merupakan satu faktor dalam situasi belajar di samping situasi udara, penerangan, komposi tempat duduk, dan
sebagainya (Suardiman, 1988:7). Sikap guru, semangat kelas, sikap masyarakat, dan suasana perasaan di sekolah juga merupakan faktor yang mempengaruhi situasi belajar di tempat belajar yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat menjadi guru yang profesional dalam mendidik dan mengajar peserta didik melalui proses ruang pembelajaran di kelas, maka selain harus memperhatikan ketiga elemen pokok yang menjadi pusat perhatian dari psikologi pendidikan tersebut di atas, juga harus memperhatikan dan menguasai pengetahuan tentang didaktik metodik pengajaran dan hall lain yang terkait dengan masalah peserta didik. Pengetahuan didaktik metodik pengajaran dan hal lain yang terkait dengan masalah peserta didik, misalnya pengetahuan tentang gejala aktivitas umum jiwa peserta didik, kepribadian, inteligensi, dan bakat peserta didik, perkembangan anak dan perkembangan remaja sebagai subjek didik, belajar dan permasalahannya, teori¬teori belajar, interaksi belajar mengajar di kelas dan permasalahannya, keterkaitan perilaku guru terhadap dinamika kelas, pembinaan disiplin di dalam kelas, motivasi belajar dan permasalahannya, strategi belajar mengajar manajemen kelas untuk interaksi belajar mengajar, dan masalah-masalah khusus dalam pendidikan dan pengajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar