study English is not difficult if we want to try...

believe me.. ^_^

Kamis, 11 November 2010

psiko bab 4

KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN INDIVIDU
BAB I
KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN INDIVIDU

A. Individu dan Karakteristiknya
1. Pengertian Individu
Manusia secara utuh artinya manusia sebagai pribadi yang merupakan pengejawantahan
menungalnya bergabagi cirri antar berbagai segi, yaitu antara segi individu dan social,
jasmani dan rohani, serta dunia dan akhirat.
Individu artinya tidak bias dibagi, tidak dapat dipisahkan, keberadaannya sebagai makhluk
yang pilah, tunggal dan khas. Individu yang berarti orang, perseorangan yang diinginkan
(Echlos, 1975 : Sunarto, dkk : 1994)
2. Karakteristik Individu
Karakteristik bawaan merupakan karakter keturunan yang dibawa sejak lahir, baik berkaitan
dengan factor biologis maupun social psikologis. Kepribadian, prilaku apa yang diperkuat,
dipikirkan, dan dirasakan oleh seseorang (individu) merupakan hasil diri perpduan antara
factor biologis sebagaimana unsure bawaan dan pengaruh lingkungan.
B. Perbedaan Individu
Sifat individual adalah sifata yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan perbedaan
individual dengan perseorangan.
Garry pada 1963 (Hartomo, dkk.1994) mengkategorikan perbedaan individu, sbb:
a. Perbedaan fisik
b. Perbedaan sosial
c. Perbedaan kepribadian
d. Perbedaan kemampuan
e. Perbedaan kecakapan atau kepandaian disekolah
a. Perbedaan Kognitif
Mewnurut Bloom, proses belajar, baik disekolah maupun diluar sekolah. Menghasilkan dan
pembentukan kemampuan yang dikenal sebagi taxonomy Bloom, yaitu kemampuan kognitif.
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan tekonologi. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang
diukur dengan tes hasil belajar. Tes hasil belajar nilai kemampuan kognitf yang bervariasi.
Kemampuan kognitif berkolerasi posotif dengan tingkat kecerdasan seseorang.
b. Perberdaan dalam Kecakapaan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan individu untuk menyatakan buah pikiran
dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat bermakna, logis dan sistematis, yang dipengaruhi
oleh factor kecerdasan dan factor lingkungan, termasuk factor fisik yakni orang berbicara.
c. Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja syaraf pusat (otak)
untuk melakukan kegiatan.
gerakan¢motorik¢saraf pusat¢saraf sensoris¢Ransangan
Kemampuan motorik dipengaruhi kematanga fisik dan tingkat kempuan berfikir.
d. Perbedaan dalam Latar Belakang
Latar belakang individu dimaksud dibedakan dari factor dalam dan luar dirinya. Factor dari
dalam : kecerdasan, kemampuan, bakat, dll. Factor dari luar : social ekonomi, pola sikap
orangtua, dll.
e. Perbedaab dalam Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang dibaca sejak lahir, kemampuan tersebut akan
berkembang dengan baik bila mendapat ransangan / kesemapatan dan pemupukan secara
tepat.
f. Perbedaan dalam Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar individu didukung oleh kematangan fisik, mental, umur, kesehatan, dan
pengalaman-pengalaman hasil persepsi dan perhatiannya terhadap lingkungan.
C. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan
perubahan menjadi lebih panjang, prosesnya sejak anak belum lahir sampai dewasa.¢a.
Pertumbuhan fisik
diakali dengan kemapuan mengenal dunia luar. Intelek atau pola piker searah dengan
pertumbuahan saraf otak.¢b. Intelek
salah satu kemampuan untuk bidang tertentu seperti bidang seni, olahraga, keterampilan.¢c.
Baka khusus
merupakan gejala peresaan yang disertai dengan perubahan atau perilaku fisik¢d. Emosin
e.diawali dengan mengenali lingkungan yang terdekat. Setiap¢Socialorang akhirnya
mengenal bahwa manusia itu saling membantu dan dibantu, member dan diberi dari masa
bayi melainkan masa kanak-kanak

BAB II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA

A. Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan
- Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut ukuran dan struktur
biologis. Pertumbuhan adalah secara fisiologis sebagai hasil dari proses kuantitatif fungsi-
fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak sehat dalam perjalanan waktu
tertentu.
- Menurut Libert, Paulus dan Staus, perkembangan adalah proses perubahan dalam
pertumbuhan dalam suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan
lingkungan. Soesilo Windradini menyatakan perkembangan tidak berlangsung secara
otomatis, tapi bergantung pada beberapa factor :
1. Hereditas
2. Lingkungan
3. Kematangan fisik dan psikis
4. Aktivitas anak sebagai subyek yang berkemauan
B. Aspek-aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
Meliputi aspek-aspek intelektual, emosi, bahasa, social, bakat khusus, nilai dan moral, serta
sikap.
C. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Berkenaan dengan Perkembangan Individu
1. Dapat terjadi perubahan, diantaranya :
a. Bimbingan dan bantuan orang lain
b. Cara-cara menghadapi anak
c. Motivasi interinsik yang kuat
d. Pengalaman yang menyenangkan atau tidak yang tidak menyenangkan
2. Perkembangan disebabkan karena kematangan dan belajar/latihan
3. Semua individu berbeda
4. Setiap periode perkembangan mempunyai kekhususan

++++++++++++++++++++


Intelejensi dan IQ
Menurut David Wechsler, intelejensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa intelejensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelejensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional
itu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelejensi adalah :
1. Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu
keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi
nilai tes IQ-nya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah
pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50
dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20
dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak
kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap
berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah
saling kenal.
2. Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir,
ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan
yang berarti. Intelejensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak.
Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi.
Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional
dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
3. Intelejensi dan IQ
Orang seringkali menyamakan arti intelejensi dengan IQ, padahal
kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar.
Arti intelejensi sudah dijelaskan di depan, sedangkan IQ atau
tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari
sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya
memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang
dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara
keseluruhan.
Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan
umur mental (Mental Age) dengan umur kronologik (Chronological Age).
Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang
disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan
kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat
itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian
dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi
kemudian timbul masalah karena setelah otak mencapai kemasakan,
Tiga Tahun Pertama yang Menentukan
Hal. 9 dari 46
tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu akan terjadi
penurunan kemampuan.
Pengukuran Intelejensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang
psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai
untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas
khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes
Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika
mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan
utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan
kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan
chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford-Binet. Indeks
seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman
yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence
Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk
mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet
adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini,
Charles Sperrman mengemukakan bahwa intelejensi tidak hanya terdiri
dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari
faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor
Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori
faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang
dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk
anak-anak.
Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes
dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di
mana alat tes tersebut dibuat.
Intelejensi dan Bakat
Intelejensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan
umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam
kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang
amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan
pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui
suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes
intelejensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan
khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes
intelejensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini
disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk
mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational
Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude
Test adalah tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record
Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test
atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan
Kuder Occupational Interest Survey.
Intelejensi dan Kreatifitas
Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang
intelligent karena kreatifitas juga merupakan manifestasi dari suatu
proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreatifitas dan
intelejensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan.
Walau ada anggapan bahwa kreatifitas mempunyai hubungan yang
bersifat kurva linear dengan intelejensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh
dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah
memang diikuti oleh tingkat kreatifitas yang rendah pula. Namun
semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreatifitas yang tinggi
pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup
berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya
hubungan antara IQ dengan tingkat kreatifitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P.
Guilford menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu proses berpikir
yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai
alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes
intelejensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang
bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban
atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini
merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang
memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau
kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang
dicapai oleh ilmu pengetahuan.

+++++++++++++++++++++++++

Jenis - Jenis Kecerdasan/Intelejensi

10 Comments
by the_omicron on 09-01-10 at 06:11 (696 Views)
Dapat dipastikan bahwa tiap orang memiliki jenis intelejensi yang berbeda-beda, dan berikut ini adalah jenis-jenisnya menurut pemikiran saya sendiri


1. Pintar

Orang dengan jenis intelejensi ini mendapatkan ilmu yang ia miliki dari belajar melalui literatur dan latihan-latihan yang rutin. Pembagian dan manajemen waktu dan tenaga yang ia lakukan adalah superior dibandingkan orang lain, dan mayoritas waktunya ia gunakan untuk belajar hingga ia dipandang teman-temannya menjadi "nerd". Biasanya orang Pintar memiliki nilai yang bagusnya merata baik di IPA maupun IPS walaupun harus digantikan oleh kurangnya kemampuan interaksi dan sosialisasi yang menjadikannya ironis karena untuk hal itulah sebenarnya tujuan dari belajar.


2. Cerdas

Orang dengan jenis intelejensi ini biasanya terlihat hanya berleha-leha atau bermain-main saja, tetapi jika saat pembagian nilai ujian, semua orang akan bertanya-tanya mengapa ia bisa masuk ranking 10 besar dengan kegiatan sehari-harinya itu. Orang Cerdas memiliki daya logika yang superior dibandingkan orang lain, sehingga ia tidak memerlukan 100% materi untuk masuk ke dalam otaknya. Cukup mengingat poin penting saja dapat dipastikan ia akan dapat memecahkan berbagai macam masalah yang masih ada hubungannya dengan poin penting tersebut, dengan cara menggunakan logika. Biasanya orang Cerdas lebih menyukai hal yang berhubungan dengan fisika karena fisika adalah murni logika.


3. Cermat

Orang dengan jenis intelenjsi ini cukup ditakuti sebagai pengamat dalam presentasi. Mereka tampak sangat kritis terhadap apa yang disajikan pada mereka, memperhatikan detil demi detil demi memuaskan dahaga pengetahuan yang sangat mereka inginkan. Daya analisis orang Cermat adalah superior jika dibandingkan dengan orang lain. Akan tetapi ke kritisan mereka hampir menyamai delusi, sehingga mereka akan sangat sulit dibuat percaya dan dipandang sebagai orang yang keras kepala. Orang Cermat superior dalam urusan hitung-hitungan karena daya analisis mereka, sehingga rata-rata jago dalam matematika atau akuntansi-ekonomi.


4. Jenius

Orang dengan jenis intelejensi ini adalah orang yang diberkati, karena kejeniusan hanya bisa didapatkan dari faktor genetis. Mereka yang terpilih ini memiliki daya serap yang superior dibanding orang lain, seperti sponge yang menyerap air dengan ganasnya, pengetahuan demi pengetahuan mengendap di otak mereka. Rasa ingin tahu mereka begitu besar dan apapun yang mereka pelajari nyaris selalu masuk ke dalam otak. Seperti orang Pintar yang diberikan steroid, orang Jenius memiliki nilai-nilai yang sempurna dalam pelajaran. Tak jarang dari mereka yang lulus kuliah pada umur 15 tahun atau bahkan lebih muda lagi. Satu-satunya kekurangannya adalah.. sama seperti orang Pintar, mereka lebih ingin tahu pada pengetahuan daripada ingin tahu teman-temannya. Sekali lagi ironis. Dan jika anda tidak memiliki seorang jenius dalam keluarga anda, maka jangan harap anda adalah salah satunya.


5. Brilian

Orang dengan jenis intelejensi ini adalah orang yang mudah terkenal atau menjadi jutawan. Intinya mereka adalah calon orang sukses jika dijalankan dengan benar. Mungkin nilai-nilai pelajaran mereka terlihat biasa-biasa saja, atau bahkan jelek, akan tetapi daya kreativitas mereka superior jika dibanding orang lain, hingga anda kadang akan dikejutkan dengan ide-ide liar mereka yang kadang terdengar mustahil. Tapi nyatanya, banyak dari orang Brilian yang berhasil menjadi jutawan karena ide-ide mereka yang terkesan nyeleneh atau malah terdengar bodoh. Pernahkah anda berpikir menjual batu (ya, batu yang bergelatakan diluar sana) dapat menjadikan anda seorang jutawan? Percayalah, mereka melakukannya dan berhasil sukses (search google: Pet Rock). Satu kata, Brilian. TAPI, kekurangan mereka adalah.. mereka harus memiliki motivasi dan rasa percaya diri serta dedikasi yang besar terhadap ide-ide nyeleneh nya, sehingga bila gagal, DUAR, instant Office Boy has been created. Begitu sulit menjadi orang Brilian dengan kondisi sosietas seperti diluar sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar